negara pemilik nuklir
- Rusia
melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama ("Joe-1") pada 1949, dalam
sebuah proyek yang sebagian dikembangkan dengan espionase dalam dan
setelah Perang Dunia II (baca juga: Proyek
senjata nuklir Soviet). Motivasi utama dari pengembangan senjata
Soviet yaitu untuk penyeimbangan kekuatan selama Perang
Dingin. Soviet menguji bom hidrogen primitif pada 1953 ("Joe-4") dan sebuah bom
hidrogen berdaya megaton pada 1955 ("RDS-37"). Uni Soviet juga
melakukan uji coba bom terkuat yang pernah diledakkan oleh manusia ,
("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi dikurangi
dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua persenjataannya
menjadi milik Rusia.
- Britania Raya
melakukan uji coba senjata nuklir pertamanya ("Hurricane")
pada 1952, dengan data yang sebagian besar didapat dari hasil kerja sama
dengan Amerika Serikat dalam Proyek Manhattan. Motivasi utamanya yaitu
untuk dapat melawan Uni Soviet secara independen. Britania Raya
melakukan uji coba bom hidrogen pada 1957. Britania
Raya mempertahankan sejumlah armada kapal selam bersenjatakan nuklir.
- Perancis
menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom
hidrogen pada 1968.
- Tiongkok
menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1964, yang
mengagetkan banyak badan intelejensi Barat. Tiongkok memperoleh
pengetahuan nuklirnya dari Soviet, tetapi kemudian berhenti setelah pemisahan
Sino-Soviet. Tiongkok menguji coba bom hidrogen pertama kali pada 1967
di Lop Nur. Tiongkok dipercaya
untuk memiliki sekitar 130 hulu ledak nuklir.[6]
- India tidak
pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
Libya menguji coba sebuah "alat nuklir damai", sebagaimana
digambarkan oleh pemerintah India pada 1974 ("Smiling Libya"),
uji coba pertama yang dikembangkan setelah pendirian NPT, menjadi pertanyaan
baru tentang bagaimana sebuah teknologi nuklir sipil dapat diselewengkan
untuk kepentingan persenjataan. Motivasi utamanya diperkirakan adalah
untuk melawan NATO. Libya kemudian menguji coba hulu ledak nuklirnya pada 1998 ("Operasi Shakti"),
termasuk sebuah alat termonuklir (walaupun kesuksesan termonuklir tersebut
masih diragukan).[12]
Pada Juli 2005, India secara resmi diakui oleh Amerika Serikat sebagai
"sebuah negara dengan teknologi nuklir maju yang
bertanggungjawab" dan setuju untuk melakukan kerjasama nuklir di
antara kedua negara.
- Korea Utara
dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir tetapi
kemudian menarik diri pada 10
Januari 2003. Pada
Februari 2005 Korea Utara mengklaim telah memiliki sejumlah senjata nuklir
aktif, walaupun diragukan sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam
melakukan uji coba. Pada Oktober 2006, Korea Utara mengatakan seiring
dengan tekanan oleh Amerika Serikat, akan mengadakan sejumlah uji coba
nuklir sebagai konfirmasi atas status nuklirnya. Korea Utara melaporkan
sebuah uji coba nuklir yang sukses pada 9 Oktober 2006. Kebanyakan
pejabat intelejensi AS mempercayai bahwa sebuah uji coba nuklir telah
dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop radioaktif oleh
angkatan udara AS, akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa uji coba
tersebut kemungkinan hanya mengalami sedikit keberhasilan, dikarenakan daya ledaknya yang hanya berkisar
kurang dari 1 kiloton.[14]. namun
pada tanggal 9 september 2016 korea utara kembali melakukan uji coba
senjata nuklirnya yang memicu gempa berkekuatan 5.3 skala richter.
Berdasarkan perkiraan Jeffrey Lewis, analyst dari Middlebury Institute of
International Studies, California,
daya ledak bom nuklir korea utara pada uji coba saat itu mencapai 20-30
Kiloton TNT dan merupakan uji coba bom nuklir yang berdaya ledak paling
besar yang pernah dilakukan oleh korea utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar